TUJUAN KONSELING DAN KARAKTERISTIK KONSELING
A. Tujuan Konseling
Tujuan
Konseling menurut beberapa para ahli
v Tujuan
konseling menurut Krumboltz yaitu :
1. Mengubah perilaku yang salah penyesuaian
Para ahli konseling dan psikoterapi berpandangan bahwa tujuan konseling
adalah mengubah tingkah laku klien yang salah penyesuaian menjadi perilaku yang
tepat penyesuaiannya. Seseorang yang salah penyesuaian perlu mendapatkan
konseling, jika tidak dibantu maka dapat berpengaruh pada perkembangan
kepribadiannya.
Terkadang ada klien yang tidak dapat memahami diri dan perilakunya sendiri,
jika klien memang ingin penyesuaian yang baik maka klien harus menyadari dan
memiliki kemauan untuk berubah, agar proses konseling dapat berjalan lancar.
2. Belajar membuat keputusan
Dalam proses konseling juga harus belajar dalam membuat keputusan. Memang
tidak gampang dalam mengambil keputusan, tetapi klien harus belajar dan berani
dalam hal itu. Karena yang lebih tahu dan paham tentang masalah tersebut adalah
klien itu sendiri.
Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki konsekuensi positif dan
negatif, menguntungkan dan merugikan, yang menunjang maupun yang menghambat.
Maka dari itu, dorongan dari konselor juga diperlukan tetapi dengan risiko yang
sudah dipertimbangkan sebelumnya sebagai konsekuensi alamiah.
3. Mencegah munculnya masalah
Mencegah munculnya masalah mengandung tiga pengertian, yaitu mencegah
jangan sampai mengalami masalah di kemudian hari, mencegah jangan sampai
masalah yang dialami bertambah berat atau berkepanjangan, mencegah jangan
sampai masalah yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap (Notosoedirdjo dan
Latipun,1999)
Ketiga tujuan tersebut bersifat kontinum. Maksudnya bahwa konseling
tersebut dapat dicapai secara bertahap, dan pada akhirnya hendak mencapai
tujuan akhirnya. Karena tujuan akhir tidak akan tercapai jika tidak melalui
tujuan yang sebelumnya.
v Tujuan
konseling menurut John McLeod yaitu :
1.
Pemahaman
Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan
emosional, mengarah kepada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih kontrol
rasional ketimbang perasaan dan tindakan.
2.
Berhubungan dengan orang lain
Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan
yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain; misalnya, dalam keluarga atau di
tempat kerja.
3.
Kesadaran diri
Menjadi lebih peka terhadap pemikiran dan perasaan yang
selama ini ditahan atau ditolak, atau mengembangan perasaan yang lebih akurat
berkenaan dengan bagaimana penerimaan orang lain terhadap diri.
4.
Penerimaan diri
Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh
kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subjek kritik diri dan
penolakan.
5.
Aktualisasi diri atau individuasi
Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau penerimaan
integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
6.
Pencerahan
Membantu klien mencapai kondisi kesadaran spiritual yang
lebih tinggi.
7.
Pemecahan masalah
Menemukan pemecahan problem tertentu yang tidak bisa
dipecahkan oleh klien seorang diri. Menuntut kompetensi umum dalam pemecahan
masalah.
8.
Pendidikan psikologi
Membuat klien mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan mengontrol tingkah laku.
9.
Memiliki keterampilan sosial
Mempelajari dan menguasai keterampilan dan interpersonal
seperti mempertahankan kontak mata, tidak menyela pembicaraan, asertif atau
pengendalian kemarahan.
10. Perubahan kognitif
Modifiksi atau mengganti kepercayaan yang tak rasional atau
pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah
laku penghancuran diri.
11. Perubahan tingkah
laku
Modifikasi atau mengganti pola tingkah laku yang maladaptif
atau merusak.
12. Perubahan sistem
Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem
sosial (contoh: keluarga)
13. Penguatan
Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran, dan pengetahuan
yang akan membuat klien mampu mengontrol kehidupannya.
14. Restitusi
Membantu klien membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang
merusak.
15. Reproduksi
(generativity) dan aksi sosial
Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas
untuk peduli terhadap orang lain, membagi pengetahuan, danmengkontribusikan
kebaikan bersama (collective good) melalui kesepakatan politik dan kerja
komunitas.
v Tujuan
konseling menurut George dan Christiani dalam Awaliya
(2013:5) yaitu :
1.
Membantu mengubah perilaku
2.
Meningkatkan kemampuan individu dalam membina dan memelihara
hubungan
3.
Meningkatkan efektifitas dan kemampuan klien
4.
Mengembangkan proses pengembangan pengambilan keputusan, dan
5.
Meningkatkan potensi dan pengembangan individu
v Menurut
Jones, 1951 (dalam Prayitno & Amti, E 2004:100) Tujuan konseling adalah
agar siswa dapat mencapai perkembangan yang semakin baik, semakain maju.
v Maclean,
dalam Shertzer & Stone, 1974 yang
dikutip Prayitno & Amti, E (2004:100) Bertujuan untuk mengatasi suatu
masalah/gangguan.
v Menurut
Division of Conseling Psychology (dalam
Prayitno & Amti, E 2004:100) Konseling bertujuan agar individu dapat
mencapai perkembangan yang optimal
v Menurut
McDaniel, 1956 (dalam Prayitno &
Amti, E 2013:100) Tujuan dan pemberian bantuan itu adalah agar klien dapat
menyesuaikan dirinya, baik dengan diri sendiri maupun dengan lingkungannya.
v Blocher,
dalam Shertzer & Stone, 1974 yang
dikutip Prayitno & Amti, E (2004:101) Tujuan konseling adalah agar individu
dapat memahami dirinya sendiri, dapat memberikan reaksi (tanggapan) terhadap
pengaruh-pengaruh lingkungan, dan dapat mengembangkan serta memperjelas
tujuan-tujuan hidupnya.
v Prayitno
& Amti, E (2013:99) Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya
perubahan pada tingkah laku klien. Konselor memuatkan perhatiannya kepada klien
dengan mencurahkan segala daya dan upayanya demi perubahan pada diri klien,
yaitu perubahan kearah yang lebih baik, teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
v Awalya.
(2013:5) Tujuan utama konseling adalah kemandirian, artinya kemandirian dalam
pemahaman, pengembangan diri dan pemecahan masalah oleh konseli sendiri.
B.
Karakteristik
Konseling
1.
Konseling melibatkan
dua orang yang saling berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung,
mengemukakan dan memperhatikan dengan sesAama isi pembicaraan, gerakan-gerakan
isyarat, pandangan mata, dan gerakan-gerakan lain dengan maksud untuk
meningkatkan pemahaman kedua belah pihak yang terlibat di dalam interaksi itu.
2.
Model interaksi di
dalam konseling itu terbatas pada dimensi verbal, yaitu konselor dan klien
saling berbicara. Klien berbicara tentang pikiran-pikirannya, tentang
perasaan-perasaannya, tentang perilaku-perilakunya, dan banyak lagi tentang
dirinya. Di pihak lain konselor mendengarkan dan menanggapi hal-hal yang dikemukakan klien dengan maksud
agar klien memberikan reaksinya dan berbicaralagi lebih lanjut. Keduanya
terlibat dalam memikirkan, berbicara, dan mengemukakan gagasan-gagasan yang
akhirnya bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
3.
Interaksi antara
konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan terarah kepada
pencapaian tujuan. Berlainan dengan pembicaraan biasa, misalnya pembicaraan
antara dua orang yang sudah bersahabat dan sudah lama tidak bertemu; arah
pembicaraan dua sahabat itu bisa menjadi tidak begitu jelas dan tidak begitu
disadari, biasanya di satu segi dapat bersifat seketika, dan di segi lain dapat
melantur ke mana-mana.
4.
Tujuan dari hubungan
konseling ialah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien. Konselor
memusatkan perhatian kepada klien dengan mencurahkan segala daya dan upayanya
demi perubahan pada diri klien, yaitu perubahan ke arah yang lebih baik,
teratasinya masalah-masalah yang dihadapi klien.
5.
Konseling merupakan
proses yang dinamis, dimana individu klien dibantu untuk dapat mengembangkan
dirinya, mengembangkan kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi masalah-masalah
yang sedang dihadapi.
6.
Konseling didasari atas
penerimaan konselor secara wajar tentang diri klien, yaitu atas dasar
penghargaan terhadap harkat dan martabat klien.
v Menurut
Leona, E. Tylor 1953:2 (dalam Awalya. 2013:5) Ada lima karakteristik yang
sekaligus juga merupakan prinsip-prinsip konseling. Lima karakteristik tersebut
adalah:
1. Konseling
tidak sama dengan pemberian nasehat (advisement), sebab didalam pemberian
nasehat proses berfikir ada dan diberikan oleh penasehat. Sedang dalam
konseling proses berfikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan oleh konseli
sendiri.
2. Konseling
mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan
dengan pola-pola hidup
3. Konseling
lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan
4. Konseling
lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan
5. Konseling
lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan intelektual
6. Konseling
menyangkut hubungan seseorang dengan orang lain
v Menurut
George dan Christiani(dalam Awalya. 2013:6) menambahkan beberapa hal yang
mendasari berbagai karakteristik konseling:
1. Konseling
berkenaan dengan pemberian pengaruh dengan perubahan perilaku secara sukarela
2. Tujuan
dari konseling adalah menyediakan situasi yang mendorong terjadinya perubahan
secara sukarela pada konseli
3. Konseling
di arahkan bagi kepentingan klien
4. Kondisi
yang mendorong perubahan perilaku tercipta melalui wawancara
5. Mendengarkan
perlu dalam konseling, meskipun tidak semua konseling adalah mendengarkan
6. Konselor
berusaha memahami konseli
7. Konseling
berlangsung dalam situasi yang bersifat pribadi dan dijaga kerahasiaan data
konseli
v Karakteristik
konseling untuk perkembangan :
1. Konselor/pembimbing
selalu berusaha melihat potensi individu dan dari sinilah dimulai penjelajahan
dalam proses konseling. Akan tetapi bukan sebaliknya, bahwa seorang konselor
hanya melihat sisi kelemahan/problem/kesulitan klien belaka. Akibatnya proses
konseling dipandang oleh para klien adalah suasana yang tidak menyenangkan.
2. Jika
sekiranya klien memiliki masalah/kelemahan atau kesulitan, biarlah klien yang
mengungkapkannya berkat dorongan dari konselor. Kemudian konselor berupaya
membantu agar klien mampu mengatasi masalahnya.
3. Konselor
berusaha dengan menggunakan ketrampilan, kepribadian dan wawasannya, untuk
menciptakan situasi konseling yang kondusif bagi pengembangan potensi klien.
4. Konselor
berusaha memberikan kesempatan kepada klien untuk memberikan
alternatif-alternatif pilihan yang sesuai dengan kondisi dan situasi dirinya.
Konselor akan ikut membantu agar klien dapat mempertimbangkan
alternatif-alternatif secara realistik.
5. Konseling
pengembangan berjalan melalui proses konseling yang menggairahkan,
mengembirakan klien, yaitu melalui dialog/wawancara konseling yang menyentuh
hati nurani dan kesadaran klien.
6. Konselor
dituntut agar dapat membaca bahasa tubuh yang berkaitan dengan lisan klien atau
tubuh yang memberikan isyarat tertentu yang mengandung arti tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
McLeod, John.2010.Pengantar
Konseling: Teori & Studi Kasus.Jakarta:Kencana Prenada Media Group
Awaliya, dkk.2013.Bimbingan
dan Konseling.Semarang: UNNES PRESS
Willis, Sofyaan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek.Bandung:
Alfabeta
Prayitno dan Erman Amti.2004.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: PT Rineka Cipta
Jika Ingin menDownload file KLIK DISINI
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan Sopan :-), Ucapanmu mencerminkan Kualitas Dirimu :-
)