PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam dunia pendidikan , istilah “diagnosis”
merupakan istilah yang relatif baru. Walaupun dalam dunia kedokteran sudah lama
dikenal dan bukan istilah asing lagi. Dalam kegiatan diagnosis, seorang dokter
mengadakan wawancara, mengukur dan memeriksa denyut jantung, tekanan darah dan
sebagainya kepada pasiennya. Kemudian sornag dokter memberi resep kepada pasien
agar obat diminum. Ini merupakan langkah tindak lanjut sebagai usaha
penyembuhan.
Ilustrasi tersebut diatas sesuai dengan pendapat
W.J.S. Poerdarminto yang mengatakan, bahwa diagnosis berarti penentuan sesuatu
penyakit dengan menilik atau memeriksa gejalanya. Istilah ini biasanya
digunakan dalam ilmu kedokteran (W.J.S. Poerdarminto: 1982). Dalam dunia
pendidikan arti “diagnosis” tidak banyak mengalami perubahan, yaitu diartikan
sebagai usaha-usaha untuk mendeteksi, meneliti sebab-sebab jenis-jenis,
sifat-sifat dari kesulitan be;ajar seorang murid.
Dengan demikian semua kegiatan yang dilakukan oleh
guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosis. Adapun
landasan pemikiran perlunya diagnosis dan pemecahan kesulitan belajar bagi
murid-murid sebagai berikut:
1. Setiap
murid hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara
optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat dan minatnya.
2. Adanya
perbedaan-perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat , minat, dan latar belakang
fisik serta sosial masing-masing murid, maka kemajuan belajar murid dalam satu
kelas mungkin tidak sama. Ada murid yang cepat, biasa dan ada yang lambat.
3. Sistem
pengajaran disekolah seharusnya memberikan kesempatan kepada murid untuk maju
sesuai dengan kemampuan sendiri. Pada waktu diadakan evaluasi akan Nampak
adanya sejumlah murid yang belum berhasil mencapai penguasaan materi seperti
yng diharapkan. Dalam hal ini sekitar 25-20% dari murid dalam satu kelas dapat
tergolong murid yang mengalami kesulitan belajar”, dan perlu mendapat layanan
remedial. Untuk pelayanan tersebut, guru perlu memperhatikan murid yang
berprestasi yang dituntut untuk tingkat kemampuan kelas tertentu.
4. Untuk
menghadapi hal-hal tersebut diatas, para guru dan konselor perlu diperlengkapi
dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam hubungannya dengan
pengidentifikasian kesulitan belajar, sebab-sebabnya dan pelayanan remidialnya
(Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, 1997)
Disamping itu kesulitan belajar yang dialamai oleh
seseorang akan dapat mempengaruhi kondisi psikologisnya. Murd yang mengalami
kesulita belajar cenderung akan mengalami kecemasan, frustasi, gangguan
emosional, hambatan penyesuaian diri, dan gangguan-gangguan psikologis yang
lain.
Dari hasil studi tentang hubungan antara ciri-ciri
kepribadian dengan prestasi belajar menyatakan bahwa murid yang tergolong
pencapai rendah (under achiever) menunjukkan ciri-cir sebagai berikut:
1. Lebih
banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri terhadap kecemasan.
2. Kurang
mampu menyesuaikan diri dan kurang keercayaan diri.
3. Kurang
mampu mengikuti otoritas.
4. Kurang
mampu dalam penerimaan sosial
5. Lebih
banyak mengalami konflik ketergantungan
6. Kegiatan
kurang berorietasi pada akademik dan sosial (Rosyidan, 1998)
Oleh karena itu kesulitan belajar bukan hanya
merupakan masalah instruksional atau pedagogis saja, tetapi pada dasarnya merupakan
masalah psikologis. Dikatakan demikian karena kesulitan belajar berakar kepada
aspek-aspek psikologis terutama gangguan kepribadian dan penyesuaian diri.
Sebagai masalah psikologis, kesulitan belajar menuntut usaha pemecahan dengan
pendekatan yang lebih bersifat psikologis pula. Bantuan yang diberikan tidak
hanya bersifat instruksional pedagogis tetpi juga bantuan yang bersifat
terapiutik.
Mereka yang mengalami kesulitan belajar tidak hanya
dibantu dalam memperolehketerampilan belajar, tetapi dibantu dalam memahami
dirinya, serta mengarahkannya agar terdapat perkembangan yang harmonis dan
optimal. Mereka memerlukan bantuan untuk meningkatkan perasaan kebahagiaan
dirinya serta mempu menyesuaiakan diri secara efektif terhadap lingkungannya.
(Hadi Pranoto, Mengutip Mortensen, D.G. & A.M. schmuller, 1996).
B.
Kedudukan
Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran
Ketidak berhasilan dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai ketuntasan bahan tidak dapat dikembalikan pada satu faktor,
tetapi pada beberapa faktor yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Faktor
tersebut adalah murid yang belajar, jenis kesulitan yang dialami murid dan
kegiatan yang terlibat dalam proses. Dalam kegiatan proses diagnosis kesulitan
belajar yang penting adalah menemukan letak kesulitan dan jenis kesulitan
belajar menemukan letak eksulitan pengajaran perbaikan (learning corrective)
yang dilakukan dapat dilaksanakan secara efektif.
Apabila telah ditemukan beberapa murid tidak
memenuhi criteria persyaratan ketuntasan yang telah ditetapkan, maka kegiatan
diagnosis harus ditunjukkan terutama kepada:
1. Bakat
yang dimiliki murid, yang berbeda antar satu dan lainnya.
2. Waktu
yang tersedia untuk menguasai ruang lingkup tertentu sesuai dengan bakat murid
yang sifatnya individual dan usaha yang dilakukannya.
3. Ketentuan
dan tingkat usaha yang dilakukan murid dalam menguasai bahan yang
dipelajarinya.
4. Kemampuan
murid untuk memahami tugas-tugas belajarnya.
5. Kualitas
pengajaran tersedia sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan serta karakteristik
individu.
6. Tingkat
dari jenis kesulitan cara memeperbaiki, yaitu mengulang cara yang sama atau
mengambil alternatif kegiatan lain melalui pengajaran remedial (Mulyadi, 2003)
Dari urian diatas, jelaslah kedudukan diagnosis
adalah menemukan letak kesulitan belajar murid dan menentukan kemungkinan cara
mengatasi dengan memperhitungkan faktor-faktor yang memepengaruhi keberhasilan
kegiatan belajar.
C.
Pengertian
Kesulitan Belajar
Pada
umumnya “kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha
lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai
suatu kondisi dalam suatu proses
belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar. Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin juga tidak disadari
oleh orang yang mengalaminya, dan dapat bersifat sosiologis, psikologis ataupun
fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya.
Orang
yang mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajar akan mendapatkan
hasil dibawah semestinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Allan O. Russ :”A
learning dificultiy represents a discrepancy between a child’s estimated
academis potential and his acrtual level of academic performance” (Ross, AD,
1974).
Kesulitan
beajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya termasuk
pengertian-pengertian seperti:
1. Learning
Disorder (Ketergantungan belajar)
Adalah
keadaan diamana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons
yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami angguan belajar, prestasi
bekajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil
belajar yang dicapai akan lebih rendahdari potensi yang dimiliki (Rosyidan,
1998)
2. Learning
Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
Adalah ketidakmampuan seseorang murid
yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar (menghindari
belajar), sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3. Learning
disfunction (Ketidakfungsian Belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses
belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada
tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indra atau gangguan-gangguan
psikologis lainnya.
4. Under
Achiever (Pencapaian Rendah)
Adalah
mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkzt potensi intelektual di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5. Slow
Learner (Lambat Belajar)
Adalah
murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga mebutuhkan waktu
diabndingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.
Uraian diatas
menunjukkan bahwa kesulitan melajar mempunyai pengertian lebih luas dari
pada pengertian-pengertian “learning disorder, learning disabilities, learning
disfunction, under achiever dan slow learner”. Mereka yang tergolong seperti
tersebut diatas, akan mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam proses belajar.
Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang
Nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar sebagaimana
dikemukakan di atas, maka tingkah laku yang dimanifestasikan ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu.
Gejala ini akan Nampak dalam aspek-aspek kognitif,
motoris dan afektif, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai.
Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan
belajar antara lain:
1. Menunjukkan
hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nikai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2. Hasl
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
murid yang sudah berusaha untuk belajar giat, tetapi nilai yang dicapainya
selalu rendah.
3. Lambat
dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Misalnya rata-rata anak dapat menyelesaikan suatu tugas dalam waktu 40 menit.
Maka anak yang mengalami kesulitan blajar memerlukan waktu yang lebih lama,
karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya.
4. Menunjukkan
sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh , menentang, berpura-pura, dusta
dan sebagainya.
5. Menunjukkan
tingkah laku yang kurang wajar seperti: membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas, tidak
mampu mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar mengajar,
mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama dan sebagainya..
6. Menunjukkan
gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, kurang gembira dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan
perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.
Sehubungan dengan apa yang dikemukakan di atas maka
H. W. Burton mengidentifikasikan seseorang murid dapat diduga mengalami
kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar diidentifikasikan oleh H.
W. Burton sebagai berikut:
1. Murid
dikaatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level)
minimal dalam pelajara tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh guru (criterion
referenced), dalam konteks sistm pendidiakn di Indonesia, angka nilai batas
lulus (passing-grade, grade standar-basis) itu ialah angka 6 atau 60 (60% dari
ukuran yang diharapkan) murid ini dapat digolongkan ke dalam “lower group”
2. Murid
dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
perkembangan, termasuk penyesuaian sosial. Sesuai dengan pola organismiknya
(hisorganismic pattern) pad fase erkembnagan tertentu seperti yang berlalu bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced), maka murid
tersebut dapat dikategorikan ke dalam “slow learner”.
3. Murid
dikatakan gagal, kalau yang bersangkutsn tidak berhasil mencapa tingkat
penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisit) bagi
kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya. Murid ini dapat
dikategorikan ke dalam “slow learner” atau belum matang (immature) sehingga
harus menjadi pengulangan (repeaters) (Burton, H.W. 1952)
Dari keempat pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa seorang murid dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang
bersangkutan tidak berhasil mncapai taraf kualitas hasil belajar tertentu
(berdasarkan criteria seperti yang dinyatakan dalam tujuan instruksional
khusus/TIK atau ukurn kapasitas belajarnya) dalam batas-batas waktu tertentu.
D.
Jenis-Jenis
Kesulitan Belajar
Kualitas pengajaran ikut mnentukan ketuntasan
penguasaan bagi para murid. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk menertibkan
murid secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar, membuat pengajaran lebih
praktis dan konkret dan menggunakan berbagai cara penguatan (reinforcement)
akan banyak membantu tingkat penguasaan bahan oleh murid.
Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan belajar
kesanggupan dan ketekunan serta kesempatan yang disediakan bagi murid untuk
mempelajari ruang lingkup bahan yang sudah ditentukan
Kesemua faktor ini terlihat bervariasi pada
sekumpulan murid yang berada dalam kegiatan belajar, ada murid yang
sedang-sedang saja dan ada pula murid yang cepat belajar. Jika kita menentukan
suatu kriteria, misalnya 75% untuk program satu semester, maka pada akhir
program setelah dilaksanakan evaluasi sumatif mungkin ada murid yang belum
mencapai tingkat ketentuan tersebut.
Bila ditelusuri, akan terdapat sejumlah murid yang
mendapat kesuliatan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan berbagai
variasi yaitu:
1. Sekelompok
murid yang belum mencapai tingkat ketuntasan akan tetapi hampir mencapainya.
Murid
tersebut mendapat kesulitan dalam memantapakan penguasaan, bagian-bagian yang
sukar dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kesulitan untuk mencapai
tingkat ketuntasan yang dituntut dapat diatasi dengan membaca kembali bahan-bahan
yang dianggap sukar, mempelajari penjelasan-penjelasan khusus dari buku teks,
mengerjakan kembali lembaran kerja atau melalui bantuan alat peraga dan
sebagainya.
2. Seorang
atau sekelompok murid yang belum dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan
karena ada konsep dasar yang belum dikuasai atau karena proses belajar yang
sudah ditempuhnya tidak sesuai dengan karakteristikmurisd yang bersangkutan.
Jenis kesulitan
yang dihadapi murid semacam ini tidak dapat di atasi dengan cara mengulang bahan yang sama (akan
membosankan) akan tetapi harus dicarikan alternatif kegiatan lain yang berbeda
yang mengarah pada tujuan instruksional dan tujuan pengiring yang sama. Dengan
cara semacam ini serta bantuan guru diharapkan kesulitan murid dapat diatasi
sehingga bisa mencapai taraf ketuntasan seperti yang dipersyaratkan.
Jenis dan tingkat yang dialami murid, karena secara
konseptual tidak menguasai bahan yang dipelajari secara menyeluruh, tingkat
penguasaan bahan sangat rendah, konsep-konsep dasar tidak dikuasai, bahan tidak
hanya bagian yang sukar tidak dipahami, mungkin juga bagian-bagian yang sedang
dan mudah tidak dapat dikuasai dengan baik. Tidak jarang terjadi penguasaan
yang rendah hanya dalam satu bahan pelajaran yang tertentu pada periode
tertentu tetapi bisa juga pada sejumlah mata pelajaran dan dalam beberapa
periode. Mungkin murid yang bersangkutan tidak ada motivasi, tidak ada kesiapan
pengetahuan dasar, bahan terlampau sukar baginya atau mungkin ada hal lain yang
berhubungan dengan masalah pribadi. Misal hubungan antara murid dengan murid,
atau hubungan antara murid drngan guru yang kurang harmonis.
Terhadap
jenis kesulitan yang dialami muris semacam ini, perlu bimbingan dan penanganan
secara khusus dan bersifat individual.
E.
Faktor Penyebab Terjadinya Kesulitan Belajar
Berikut ini guru atau konselor dihadapkan kepada
masalah bagaimana menduga ntang apa ypenyebab pola kekuatan dan kelemahan pada
murid. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak dapat diambil keputusan
secars bijaksana untuk membantu murid mengatasi kesulitannya, apabila tidak
mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi kesulitan.
Misalnya: jika kesulitan mambaca yang dialami
(seorang murid sebenarnya disebabkan oleh penglihatan jauh/farsighted), maka
guru atau konselor tidak akan dapat memberikan bantuan kepadanya, meskipun
dengan mencoba memperbaiki kesulitan membaca dengan jalan memberikan jam
tambahan sesudah waktu sekolah untuk latihan membaca. Hal ini menunujukkan
kegagalan dalam mengenali sebab yang sebenarnya menimbulkan kesulitan.
Adapun yang menyebabkan seorang guru atau konselor
tidak tepat dalam menentukan diagnosis adalah sedikit sekali gambaran yang
dimiliki tentang sebab-sebab yang memungkinkan pola kesulitan belajar tertentu
dan kurang memiliki cara yang efektif dalam menentukan penyebab sebenarnya di
antara beberapa kemungkinan pola kesulitan belajar tertentu dan kurang di
antara beberapa kemungkinan sebab atau sekurang-kurangnya, sebab yang paling
kuat atau paking berpengaruh. Dengan kata lain secra positif, pendiagnosis
(diagnosicion) yang bijaksan dan efisien adalah seorang yang mengetahui
berbagai kemungkinan yang beralasan tentang faktor-faktor yang mungkin
merupakan sebab kesulitan bekajar seorang murid dan mengetahui cara di antara
kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Sebab-sebab yang mungkin mengakibatkan timbulnya
kesulitan belajar murid, dapat digolongkan sebagai berikut, yaitu:
1. Banyak
sebab-sebab yang menimbulkan pola gejala yang sama. Seringkali gejala-gejala
kesulitan belajar yang nampak pada seorang murid disebabkan oleh faktor-faktor
berbeda dengan murid lain yang memperlihatkan gejala yang sama.
Misalnya: dua orang
murid selalu merepotkan guru dan teman-teman di dalam kelas yaitu dengan
berjalan-jalan di dalam kelas, seringkali berbicara, mencubit dan mendorong
temannya, kedua anak tersebut secara dikenali sebagai hyperactive. Tetapi
apabila kedua kasus tersebut diperiksa secara teliti, ternyata penyebab tingkah
laku murid yang satu dengan yang lain berbeda. Anak yang pertama bila diperiksa
secara seksama ternyata menderita alergi fisik, sedang anak yang kedua karena
lingkungan keluarga yang kurang harmonis, sehingga kurang perhatian dan
sebagainya.
2. Banyak
pola-pola gejala yang ditimbulkan oleh sebab yang sama. Sebab yang nampaknya
sama, dapat mengakibatkan gejala yang berbeda-beda bagi murid yang berlainan,
adanya kesesuaian antara sebab dengan kondisi tempat tinggal murid.
Misalnya: dari suatu
penelitian di bidang sosiologi dan kriminologi dengan mencari korelasi antara
kondisi keluarga dan kenakalan anak remaja. Ternyata para sosiologi melaporkan
bahwa sejumlah besar kenakalan remaja itu berasal dari keluarga broken home dan
keluarga miskin, dengan mempelajari riwayat yang menjadi latar belakang
anak-anak muda yang tertangkap polisi karena keterlibatan kejahatan.
3. Penelitian
lain terhadap anak yang mematuhi peraturan mencapai kemajuan di sekolah,
ternyata para peneliti tersebut menemukan banyak anak-anak yang berhasil itu
berasal dari keluarga broken home atau dari keluarga miskin. Dengan demikian
jelas bahwa sebab yang sama yaitu keluarga miskin atau broken home tidak selalu
menimbulkan akibat-akibat atau gejala-gejala yang sama. Demikian pula dengan
aspek lain dalam dunia pendidikan.
4. Sebab-sebab
yang saling berkaitan satu dengan yang lain, merupakan hal yang lazim bagi
seorang anak jika mengalami kesulitan yang ditimbulakan oleh suatu sebab pada
permulaan sekolah. Kesulitan-kesulitan itu menimbulkan reaksi dari orang-orang
sekelilingnya atau menyebabkan ia bereaksi terhadap dirinya sendiri dengan cara
yang selanjutnya menyababkan timbulnya kesulitan-kesulitan baru.
Masalah
tersebut menimbulkan banyak lagi kesulitan-kesulitan yang lazim bagi seorang
murid jika mengalami kesulitan-kesulitan yang mengakibatkan suatu persoalan
belajar tertentu. Sebab-sebab yang semakin kompleks mengakibatkan
kesulitan-kesulitan saling berhubungan satu dengan yang lain.
Faktor
penyebab kesulitan belajar menurut Abdurrahman dikelompokkan menjadi dua yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar adalah
fakto internal, yang kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan
penyebab utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain
berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang
tidak membangkitkan motiasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan yang
tidak cepat (Abdurrahman, 1999)
F.
Langkah-Langkah
Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Penanganannya
Adapun
lagkah-langkah dalam proses pemecahan kesulitan belajar meliputi:
1. Memperkirakan
kemungkinan bantuan
Kalau letak kesulitan
yang dialami murid sudah dipahami baik jenis dan sifat kesulitan dengan
berbagai macam latar belakangnya maupun faktor-faktor penyebabnya, maka
guru/konselor akan memperkirakan:
a. Apakah
murid tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak
b. Berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami murid
tertentu
c. Kapan
dan dimana pertolongan itu dapat diberikan
d. Siapa
yang dapat memberikan pertolongan/bantuan
e. Bagaimana
cara menolong murid yang efektif, sehingga murid dapat mengatasi kesulitan
f. Siapa
saj yang harus dilibatkan dalam menolong murid dan apakah sumbangan/peranan
yang dapat diberikan oleh masing-masing pihak
2. Menetapkan
kemungkinan cara mengatasi
Dalam langkah ini perlu
diadakan dari rapat staf bimbingan dan konseling jika diperlukan. Setelah hal
itu dilaksanakan maka perlu disusun suatu rencana yang berisi tentang beberapa
alternatif yang mungkin dilakukan untuk mengatasi kesulitan yang dialami murid.
Rencana itu hendaknya berisi:
a. Cara-cara
yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami murid
b. Menjaga
agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang lagi.
Alangkah
baiknya kalau rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan
pihak-pihak yang terlibat dalam pemberian bantuan tersebut. Misalnya: Kepala
sekolah, guru kelas /guru bidang studi, orang tua murid, konselor dan
sebagainya. Pada dasarnya secara khusus kegiatn ini hanya dapat dilakukan oleh
guru bidang studi yang mengetahui secara persis tentang berbagai kesulitan yang
dialami oleh seorang murid dalam mata pelajarnnya.
3. Tindak
lanjut
Tindak lanjut adalah
kegiatan melakukan pengajaran remedial (remedia teaching) yang diperkirakan
paling tepat dalam membantu murid yang mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan tindak lanjut
ini dapat berupa:
a. Melakukan
bantuan berupa pengajaran remedial (remedial teaching) pada bidang studi
tertentu yang dilakukan oleh guru, pada mata pelajaran tertentu yang dilakukan
oleh guru, yang dapat dibantu oleh guru pembimbing (konselor) dan pihak lain
yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar murid yang penuh motivasi.
b. Pembagian
tugas dan peranan orang-orang tertentu (wali kelas dan guru pembimbing) dalam
memberikan bantuan kepada murid dan kepada guru yang sedang melaksanakan
kegiatan pengajaran remedial.
c. Senantiasa
recek dan mencek kemajuan yang dicapai murid baik pemahaman mereka terhadap
bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek tepat guna dari program
remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi. Dalam
pelaksanaanpemberian bantuanhendaknya dilakukan secara kontinyu dan setiap
kegiatan seharusnya senantiasa disertai dengan pencatatan yang tepat.
d. Mentransfer
murid yang diperkirakan tidka mungkin ditolong karena di luar kemampuan atau
wewenang guru/konselor. Transfer kasus semacam itu bisa dilakukan kepada orang
lain atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga psikologi dan sebagainya)
yang diperkirakan dapat dan lebih tepat membantu murid yang bersangkutan.
Setelah murid mendapat
bantuan maka dapat dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
a. Men-tes
hasil belajar murid dalam bidang studi yang dianggap sulit
b. Melakukan
wawancaradengan murid yang bersangkutan untuk mengetahui pendapat murid tentang
kesulitannya.
c. Wawancara
dengan guru dan orang tua mengenai perubahan yang telah terjadi
d. Menganalisa
hasil belajar yang telah dicapai dan informasi lainnya
e. Observasi
kegiatan murid dalam belajar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998)
Dengan demikian langkah-langkah dalam mendiagnosis kesulitan belajar telah selesai, sebagai bagian integral adalah pengajaran remedial.
Jika ingin menDownload file KLIK DISINI
SEMOGA BERMANFAAT :-)
Dengan demikian langkah-langkah dalam mendiagnosis kesulitan belajar telah selesai, sebagai bagian integral adalah pengajaran remedial.
Jika ingin menDownload file KLIK DISINI
SEMOGA BERMANFAAT :-)
0 komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan Sopan :-), Ucapanmu mencerminkan Kualitas Dirimu :-
)